FILSAFAT
Berfilsafat termasuk dalam berfikir namun berfilsafat tidak
identic dengan berfikir. Sehingga, tidak semua orang yang berfikir itu mesti
berfilsafat, dan bisa dipastikan bahwa semua orang yang berfilsafat itu pasti
berfikir.
Seorang siswa yang berfikir bagaimana agar bisa lulus dalam
Ujian Akhir Nasional maka
siswa ini tidaklah sedang berfilsafat tau berfikir secara kefilsafatan
melainkan berfikir biasa yang jawabannya tidak memerlukan pemikiran yang
mendalam dan menyeluruh. Oleh karena itu ada beberapa cara berfikir secara
kefilsafatan.
1.
Berfikir secara radikal. Artinya berfikir sampai
ke akar-akarnya , maksud dari berfikir sampai ke akar-akarnya adalah berfikir
sampai pada hakikat, asensi atau sampai pada substansi yang dipikirkan. Manusia
yang berfilsafat dengan akarnya berusaha untuk dapat menangkap pengetahuan
hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala pengetahuanj indrawi.
2.
Berfikir secara Universal. Berfikir secara umum
adalah berfikir tentang hal, hal serta suatu prosesyang bersifat umum, jalan
yang dituju seorang filsuf adalah keumuman yang diperoleh dari hal-hal yang
bersifat khusus yang ada dalam kenyataan.
3.
Berfikir secara Konseptual. Yaitumengenai hasil
generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses
individual. Berfikir secara kefilsafatan tidak bersangkutan dengan pemikiran
terhadap perbuatan-perbuatan bebas yang dilakukan oleh orang-orang tertentu
sebagaimana yang biasanya dipelajari oleh psikologi , melainkan bersangkutan
dengan pemikiran”apakah kebebasan itu”
4.
Berfikir secara koheren dan Konsisten. Artinya
berfikir sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir dan tidak mengandung kontradiksi
atau dapat pula diartikan berfikir secara runtut.
5.
Berfikir secara Sistematis. Dalam mengemukakan
jawaban terhadap suatu masalah, para filsuf memakai pendapat sebagi wujud dari
proses berfilsafat. Pendapat-pendapat itu harus saling berhubungan secara
teratur dan terkandung maksud dan tujuan tertentu.
6.
Berfikir secara Komprhensif (Menyeluruh).
Berfikir secara filsafat berusaha untuk menjelaskan slam semesta secara
keseluruhan.
7.
Berfikir secara Bebas. Bebas dari
prasangka-prasangka social, historis, kultural ataupun religious. Berfikir
dengan bebas itu bukan berarti sembarangan, sesuka hati, atau anarkhi,
sebaliknya bahwa berfikir bebas adalah berfikir secara terikat. Akan tetapi
ikatan itu berasal dari dalam, dri kaidah-kaidah dari disiplin fikiran itu
sendiri. Dengan demikian pikiran dari luar sangat bebas, namun dari dalam
sangatlah terikat.
8.
Berfikir atau pemikiran yang bertanggung jawab.
Pertanggung jawaban yang pertama adalah terhadap hati nuraninya sendiri.
Seorang filsuf seolah-olah mendapat panggilan untuk membiarkan pemikiran nya
menjelajahi kenyataan, namun fase berikutnya adalah sebagimana ia merumuskan
pikiran-pikiran nya agar ia dapat dikomunikasikan pada orang lain serta
dipertanggung jawabkan.