Senin, 17 Februari 2014

Berfikir secara Filsafat



FILSAFAT

Berfilsafat termasuk dalam berfikir namun berfilsafat tidak identic dengan berfikir. Sehingga, tidak semua orang yang berfikir itu mesti berfilsafat, dan bisa dipastikan bahwa semua orang yang berfilsafat itu pasti berfikir.
Seorang siswa yang berfikir bagaimana agar bisa lulus dalam Ujian Akhir                Nasional maka siswa ini tidaklah sedang berfilsafat tau berfikir secara kefilsafatan melainkan berfikir biasa yang jawabannya tidak memerlukan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Oleh karena itu ada beberapa cara berfikir secara kefilsafatan.
1.       Berfikir secara radikal. Artinya berfikir sampai ke akar-akarnya , maksud dari berfikir sampai ke akar-akarnya adalah berfikir sampai pada hakikat, asensi atau sampai pada substansi yang dipikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan akarnya berusaha untuk dapat menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala pengetahuanj indrawi.
2.       Berfikir secara Universal. Berfikir secara umum adalah berfikir tentang hal, hal serta suatu prosesyang bersifat umum, jalan yang dituju seorang filsuf adalah keumuman yang diperoleh dari hal-hal yang bersifat khusus yang ada dalam kenyataan.
3.       Berfikir secara Konseptual. Yaitumengenai hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Berfikir secara kefilsafatan tidak bersangkutan dengan pemikiran terhadap perbuatan-perbuatan bebas yang dilakukan oleh orang-orang tertentu sebagaimana yang biasanya dipelajari oleh psikologi , melainkan bersangkutan dengan pemikiran”apakah kebebasan itu”
4.       Berfikir secara koheren dan Konsisten. Artinya berfikir sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir dan tidak mengandung kontradiksi atau dapat pula diartikan berfikir secara runtut.
5.       Berfikir secara Sistematis. Dalam mengemukakan jawaban terhadap suatu masalah, para filsuf memakai pendapat sebagi wujud dari proses berfilsafat. Pendapat-pendapat itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung maksud dan tujuan tertentu.
6.       Berfikir secara Komprhensif (Menyeluruh). Berfikir secara filsafat berusaha untuk menjelaskan slam semesta secara keseluruhan.
7.       Berfikir secara Bebas. Bebas dari prasangka-prasangka social, historis, kultural ataupun religious. Berfikir dengan bebas itu bukan berarti sembarangan, sesuka hati, atau anarkhi, sebaliknya bahwa berfikir bebas adalah berfikir secara terikat. Akan tetapi ikatan itu berasal dari dalam, dri kaidah-kaidah dari disiplin fikiran itu sendiri. Dengan demikian pikiran dari luar sangat bebas, namun dari dalam sangatlah terikat.
8.       Berfikir atau pemikiran yang bertanggung jawab. Pertanggung jawaban yang pertama adalah terhadap hati nuraninya sendiri. Seorang filsuf seolah-olah mendapat panggilan untuk membiarkan pemikiran nya menjelajahi kenyataan, namun fase berikutnya adalah sebagimana ia merumuskan pikiran-pikiran nya agar ia dapat dikomunikasikan pada orang lain serta dipertanggung jawabkan.